Senin, 18 Februari 2019

Kisah Wanita Sholehah Istri Rasulullah, Juwairiyah binti Harits


Juwairiyah binti Harits adalah putri dari pemimpin bani Musthaliq dari Suku Khuza'ah, Harits bin Abu Dhirar. Harits menghimpun kekuatan untuk menyerang Madinah, beberapa kabilah Arab ikut. Kegiatannya ini diketahui oleh Nabi SAW, dan dia mengirim Buraidah bin Hushaib al Aslamy untuk mengecek kebenaran berita ini.

Setelah memperoleh informasi yang lengkap dan benar, beliau memimpin pasukan untuk meyerang mereka, sehingga terjadilah pertempuran Bani Musthaliq atau al Muraisi ', karena terjadi di mata air al Muraisi milik Bani Musthaliq di Qudaid. 

Juwairiyah binti Harits seorang yang cantik jelita dan berbicara selalu berseri-seri. Jika Berjalan, ia selalu menundukkan pandangannya (ghadul bashar). Sebelumnya ia telah menikah dengan Musafi bin Shafwan. Sekitar tiga hari sebelum menerbitkan perang Bani Musthaliq ini, Juwairiyah bermimpi melihat bulan terbit dari Arah Yatsrib (Madinah), kemudian jatuh tempo ke pangkuannya. 
Ia menantikan, itulah kelak akan menjadi istri dari pemimpin Madinah, yaitu Nabi SAW.

Saat ia menjadi tawanan pasukan muslim, ia sangat berharap mimpinya akan menjadi tantangan. Namun saat pembagian ghanimah, ia jatuh ke tangan Tsabit bin Qais. 
Ketika Juwairiyah menyampaikan keinginannya untuk membebaskan, Tsabit menerima memenuhinya dengan tebusan sembilan uqiyah emas. 
Maka ia meminta Rasulullah SAW dan berkata, "Wahai Rasulullah, saya adalah putri pimpinan dari kaum saya Bani Musthaliq, yaitu Harits bin Abu Dhirar, dengan musibah yang menimpa saya ini, siap membantu melihat saya." , yang di luar kemampuan saya. 
Karena itu saya menghadap keluar untuk mencapai jalan keluar dari masalah saya ini ...! "

Mendengar keluhan Juwairiyah ini, beliau bersabda, "Aku akan memberikan jalan keluar yang lebih baik dari semua itu, aku akan memberikan uang kepadamu, jadi dapat membayar tebusan kebebasanmu dari Tsabit, lalu aku akan menerimaimu ..!"
        
Juwairiyahpun sangat senang mendengar ini, yang tidak langsung adalah lamaran Nabi SAW atas dirinya. Ini juga berarti mimpi yang dialaminya sebelum pertarungan menjadi kenyataan, seperti yang didambakannya. Karena itu segera diselesaikan ia menerima dan menerima jalan keluar yang diberikan Rasulullah SAW.
        
Pernikahan Nabi SAW dengan Juwairiyah ini ternyata berdampak besar. Para sahabat yang memiliki tawanan dari Bani Musthaliq, serta merta membebaskan mereka dari tawanan atau perbudakannya. Hal ini merupakan pengakuan atas Nabi SAW dan Bani Musthaliq, yang putri pimpinannya menjadi salah satu Ummahatul Mukminin. Para sahabat mengatakan, "Mereka adalah besan Rasulullah SAW."

Diriwayatkan ada 100 keluarga sahabat yang membebaskan sekitar 700 orang Bani Musthaliq tanpa sepeserpun meminta uang tebusan. Sungguh suatu keberkahan besar dari pernikahan Nabi SAW ini.
        
Juwairiyah dinikahi Nabi SAW pada bulan Sya'ban tahun 6 hijriah, kompilasi ia memulai 20 tahun. Ia wafat di Madinah pada bulan Rabi'ul Awwal tahun 50 hijriah, dalam usia 65 tahun. 
Hijriah pada usia 70 tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar