Senin, 18 Februari 2019

Thufail bin Amr Ad-Dausi, Seorang Sahabat Nabi Yang Cendekiawan


Thufail bin Amr ad-Dausi, seorang bangsawan yang mulia dan bijaksana sekaligus penyair cendekiawan dari bani Daus di Yaman. Ketika ia datang di Mekah, segera saja orang-orang Quraisy menemuinya dan memintanya dari Nabi SAW, dari kata-kata dia yang mempesonakan, yang dianggapnya sebagai sihir yang diperlukan memecah-belah setiap orang dengankeluarga. Memisahkan ayah dari perempuan, seorang ayah dari pendapat, bahkan miliknya sendiri dari kaumnya.Mereka meminta agar Thufail tidak berbicara dan mendengarkan ucapan Nabi SAW. Mereka khawatir jika peristiwa yang terjadi di Mekah itu akan menimpa Bani Daus, Thufail kaumnya.
  
Orang-orang Quraisy begitu gencar mengingatkannya sehingga ia menyetujui diri sendiri untuk tidak menemui Nabi SAW. Namun ternyata takdir menentukan nasibnya, pada suatu hari Thufail pergi ke Ka'bah dan pada saat yang sama Nabi SAW. sedang disana. Tanpa sengaja ia mendengarkan kata-kata Rasulullah SAW., dan itu sangat berkesan .

Hati kecilnya terusik, "Membawa aku seorang cendekiawan dan penyair, aku bisa mengenali mana yang baik dan mana yang baik. Apa yang salahku aku mau dengar sendiri apa yang akan menjawab orang itu! Jika mau baik akan kuterima, kalau mau akan kutinggalkan."

            Ia menerima Rasulullah SAW sampai ke rumah beliau dan bertamu, kemudian menceritakan tentang apa yang telah disetujui Quraisy disetujui dan apa yang terlintas dalam ikatan itu.Nabi SAW memaklumi sikap orang-orang Quraisy tersebut, dan menjelaskan tentang risalah Islamkepadanya. Dia juga membacakan beberapa ayat-ayat Quran. Akal sehatnya tidak bisa lagi tertutup dari kebenaran, Thufail langsung memeluk Islam saat itu juga.

           Thufail adalah seorang tokoh yang ditaati oleh kaumnya, Bani Daus, ia meminta ijin Nabi SAW untuk mendakwahkan Islam kepada kaumnya, dan ia menyetujuinya. Ia juga meminta Nabi SAW mendoakannya agar Allah SWT memberikan tanda penolong dalam usaha dakwahnya, dan beliau juga mendoakannya.

            Dalam perjalanan pulang ke kaumnya, ia kemalaman di sebuah tempat di antara dua gunung. Dalam kegelapan malam itu, tiba-tiba muncul sinar di antara dua mata. Terima kasih ini adalah pengabulan doa Nabi SAW atas tanda yang dimintanya. Namun demikian, jika ia memercayai apa yang terjadi, maka ia memecah belah kaumnya dengan dakwah islamnya, karena ia meminta kepada Allah agar sinar itu dipindahkan dari hasil. Allah mengabulkan doanya, dan sinar itu beralih ke ujung cambuknya.

Saat sampai di kalangan kaumnya, pertama kali ia mendakwahi keluarga. Ayah dan diundang menyambut ajakannya memeluk Islam, sedang diundang menundanya.Tidak mudah bagi Thufail mengundang kaumnya memeluk Islam, beberapa orang bahkan mendustakan dan memusuhinya karena dakwahnya tersebut.Setelah beberapa waktu lamanya berdakwah hanya beberapa orang saja yang membuka ajakannya memeluk Islam, sebagian besar malah memusuhinya.

            Ia kembali menemui Nabi SAW di Makkah, dan berkata, "Ya Rasulullah, doakanlah kebinasaan untuk Bani Daus, karena lebih banyak dari mereka mendustakanmu ... !!"
Nabi SAW tersenyum mendengar permintaan Thufail tersebut, kemudian mengangkat tangan beliau mengucapkan, "Ya Allah, berilah hidayah untuk Daus."
Setelah itu dia berpaling ke Thufail dan bersabda, "
Kembalilah, bagi kaummu, serulah bagi Islam dengan lemah lembut. "

            Thufail sangat terkesan dengan sikap beliau tersebut. Ia segera kembali ke kampungnya, dan mendakwahi kaumnya dengan sabar dan lemah lembut. Pada tahun 7 hijriah, ia berhijrahke Madinah dengan tujuhpuluh atau sembilan puluh keluarga yang semuanya telah memeluk Islam, termasuk diajak Abu Hurairah. Saat itu Nabi SAW dan sahabat-sahabatnya sedang dalam peperangan Khaibar, maka mereka, kecuali wanita dan anak-anak, segera ikut dan ikut terjun dalam pertempuran melawan kaum Yahudi tersebut.

Thufail meninggal pada masa kekhalifahan Abu Bakar ash Shididiq, ia syahid dalam perang Yamamah, peperangan dalam rangka menumpas nabi palsu, Musailamah al Kadzdzab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar